Sunday, September 30, 2012

ANAK-ANAK BERANG


Seekor berang datang menemui raja & menangis kencang, “Yang Mulia kamu adalah raja yang mencintai keadilan & peraturan secara jujur. Kamu telah menemukan kedamaian di antara semua ciptaanmu, dan sekarang tidak ada kedamaian”.
 “Siapa yang telah merusak kedamaian?” tanya sang raja.
“Si musang!” teriak si berang.
“Saya menyelam kedalam air untuk mencari makanan untuk anak-anak saya, meninggalkan mereka di bawah pengawasan si musang. Saat saya pergi, anak saya terbunuh. “Satu mata dibalas dengan satu mata”, buku yang bagus mengatakan. Saya meminta pembalasan!”.
Sang raja memanggil si musangyang segera muncul di hadapannya. “Kamu bertanggung jawab atas kematian anak-anak berang. Bagaimana kamu bersumpah?” Tanya sang raja.
 “Yang Mulia Alas”, panggil si musang, “Saya bertanggung jawab atas kematian anak-anak berang, walaupun itu sebenarnya adalah kecelakaan. Saya mendengar bunyi burung pelatuk membunyikan tanda-tanda bahaya, saya segera melindungi tanah kami. Saat melakukan itu, saya menginjak anak-anak berang secara tidak sengaja”.
Sang raja bertanya kepada burnug pelatuk. “Apakah benar kamu telah membunyikan tanda bahaya dengan paruhmu yang kuat?” tanya sang raja.
 “Itu benar Yang Mulia”, jawab si burung pelatuk. “Saya membunyikan tanda bahaya ketika melihat seekor kalajengking sedang mempertajam capitnya”.
Saat si kalajengking muncul di hadapan saya raja, dia ditanyai apakah dia benar-benar mempertajam capitnya.
 “Apakah mengerti kalau kalau mempertajam capitmu itu adalah sikap untuk berperang?” kata sang raja.
 “Saya mengerti”, jawab si kepiting, “Tetapi saya bersiap-siap hanya karena mengamati si kura-kura membersihkan cakangnya”.
Sebagai pembelaan, si kura-kura mengatakan, “Saya tidak membersihkan cakang saya jika saya tidak melihat si kepiting menyiapkan pedangnya”.
Si kepiting menjelaskan, “Saya melihat si udang mengibaskan kumisnya”.
Saat si udang muncul di hadapan sang raja, dia menjelaskan, “Saya mulai mengibaskan kumis saya ketika si berang berenang menuju anak-anak saya, siap untuk menyerap”.
Kepda si berang, Sang Raja mengumumkan, “Kamu, bukan si musang yang bersalah. Darah anak-anakmu ada di atas kepalamu sendiri. Siapa yang telah menebarkan kematian dia harus mendapatkannya sendiri”.
Diceritakan kembali dari
cerita Rakyat Yahudi

No comments:

Post a Comment