Seekor berang datang menemui raja & menangis kencang, “Yang Mulia kamu adalah raja yang mencintai keadilan & peraturan secara jujur. Kamu telah menemukan kedamaian di antara semua ciptaanmu, dan sekarang tidak ada kedamaian”.
“Siapa yang telah merusak
kedamaian?” tanya sang raja.
“Si musang!” teriak si berang.
“Saya menyelam kedalam air untuk mencari makanan untuk anak-anak
saya, meninggalkan mereka di bawah pengawasan si musang. Saat saya pergi, anak
saya terbunuh. “Satu mata dibalas dengan satu mata”, buku yang bagus
mengatakan. Saya meminta pembalasan!”.
Sang raja memanggil si musangyang segera muncul di hadapannya.
“Kamu bertanggung jawab atas kematian anak-anak berang. Bagaimana kamu
bersumpah?” Tanya sang raja.
“Yang Mulia Alas”, panggil
si musang, “Saya bertanggung jawab atas kematian anak-anak berang, walaupun itu
sebenarnya adalah kecelakaan. Saya mendengar bunyi burung pelatuk membunyikan
tanda-tanda bahaya, saya segera melindungi tanah kami. Saat melakukan itu, saya
menginjak anak-anak berang secara tidak sengaja”.
Sang raja bertanya kepada burnug pelatuk. “Apakah benar kamu telah
membunyikan tanda bahaya dengan paruhmu yang kuat?” tanya sang raja.
“Itu benar Yang Mulia”,
jawab si burung pelatuk. “Saya membunyikan tanda bahaya ketika melihat seekor
kalajengking sedang mempertajam capitnya”.
Saat si kalajengking muncul di hadapan saya raja, dia ditanyai
apakah dia benar-benar mempertajam capitnya.
“Apakah mengerti kalau
kalau mempertajam capitmu itu adalah sikap untuk berperang?” kata sang raja.
“Saya mengerti”, jawab si
kepiting, “Tetapi saya bersiap-siap hanya karena mengamati si kura-kura
membersihkan cakangnya”.
Sebagai pembelaan, si kura-kura mengatakan, “Saya tidak
membersihkan cakang saya jika saya tidak melihat si kepiting menyiapkan
pedangnya”.
Si kepiting menjelaskan, “Saya melihat si udang mengibaskan
kumisnya”.
Saat si udang muncul di hadapan sang raja, dia menjelaskan, “Saya
mulai mengibaskan kumis saya ketika si berang berenang menuju anak-anak saya,
siap untuk menyerap”.
Kepda si berang, Sang Raja mengumumkan, “Kamu, bukan si musang
yang bersalah. Darah anak-anakmu ada di atas kepalamu sendiri. Siapa yang telah
menebarkan kematian dia harus mendapatkannya sendiri”.
Diceritakan
kembali dari
cerita
Rakyat Yahudi
No comments:
Post a Comment