Pada suatu ketika ada seorang
ibu yang mempunyai dua anak perempuan. Dia mencintai putrinya dengan tulus,
tapi dari kecil, kedua gadis tersebut suka bertengkar dan berkelahi satu sama
lain. Saat mereka tumbuh lebih dewasa, permusuhan mereka mengeras, dan mereka
benar-benar menjadi membenci satu sama lain. Mereka tumbuh benar-benar
terpisah.
Seperti yang dapat kamu
bayangkan, hal ini menyebabkan ibu mereka sangat sakit hati. Dia bingung
bagaimana agar mereka menjadi seperti awal lagi. Dan dia mendapat sebuah ide.
Dia mengambil pennya dan dia menulis sebuah surat untuk mereka berdua.
Di
surat ini, dia bercerita kepada mereka, banyak dan banyak lagi, bagaimana dia
sangat mencintai mereka berdua, dan bagaimana dia menunggu mereka untuk saling
menyayangi satu sama lain seperti dia menyayangi mereka berdua. Dia cerita
kepada mereka sedihnya dia bahwa mereka berpisah, bertengkar. Dan dia
memberikan mereka cerita tentang dirinya sendiri dan beberapa petunjuk bagaiman
mereka mungkin hidup lebih bahagia dan lebih menyayangi hidup mereka,
Ketika suratnya sudah selesai,
dia menulis ulang sebuah salinan untuk setiap anaknaya, tapi salinannya ini
istimewa. Masing-masing salinan berisi setiap kalimat kedua dari surat yang
pertama. Jadi salinan untuk satu putrinya hanya berisi kalimat-kalimat genap dan salinan untuk
putrinya yang lain hanya berisi kalimat-kalimat ganjil. Satu salinan tidak
dapat diartkan sendiri. Tidak satu pun berisi semua pesan ibunya.
Ketika kedua putrinya menerima
surat itu mereka bingung apa yang terjadi pada diri mereka. Kemudian mereka
menghadapi sebuah dilema. Jika mereka benar-benar ingi tahu apa yang telah ibu
tercinta mereka tulis, mereka harus menggabungkan kedua surat mereka
bersam-sama, dan membacanya sebagai satu surat. Dan itu berarti mereka harus
bertemu satu sama lain lagi dalam suasana kasih sayang dan pengertian.
Merupakan waktu yang lama, si
ibu menunggu jawaban suratnya dengan sia-sia. Ada jawaban dari kedua putrinya.
Merupakan usaha yang sulit pada kedua bagian untuk mendapatkan arti dari
setengah surat dari masing-masing yang mereka miliki. Masing-masing putrinya
berpikir bahwa dia tahu ibunya lebih baik daripada saudaranya. Masing-masing
dari mereka percaya bahwa ibunya lebih mencintai dia lebih dari dia dapat
mungkin mencintai saudaranya lagi.
Hingga suatu hari, ketika si
ibu telah hampir putus asa, ada ketukan pada pintunya. Disana mereka berdiri,
bersama. “ kami telah pulang”, kata mereka dengan bersama-sama. “Kami akhirnya
telah menggabungkan surat kami, dan kami datang untuk mengatakan bagaimana kami
sangat menyayangimu bu.” Dan dia merangkul mereka berdua, air maya gembira
jatuh ke pipinya, dan menyambut mereka kembali.
No comments:
Post a Comment