Saturday, January 12, 2013

PEMAHAT BATU



Pada suatu waktu, ada seorang pemahat batu. Setiap hari, dia pergi ke gunung untuk memahat batu. Dan ketika dia sedang bekerja, ia bernyanyi, walaupun dia adalah orang miskin, dia tidak menginginkan lebih dari yang dia miliki, sehingga ia tidak memiliki kesusahan di dunia ini.
Suatu hari, ia dipanggil untuk bekerja di rumah yang besar milik seorang bangsawan. Ketika ia melihat keindahan rumah besar tersebut, dia mengalami kesakitan dari sebuah keinginan untuk pertama kali dalam hidupnya, dan dia berkata dengan berkeluh kesah, “Jika saja saya kaya! maka saya tidak harus mendapat penghasilan dari keringat dan kerja keras membanting tulang seperti yang saya lakukan sekarang.”

Bayangkan keheranannya ketika ia mendengar sebuah suara mengatakan, “ Keinginan kamu telah dipenuhi. Mulai sekarang, apapun yang kamu inginkan akan diberikan kepada kamu.” Ia tidak mengetahui apa arti perkataan itu sampai ia kembali ke gubuknya pada malam harinya dan menemukan ditempatnya sebuah rumah besar seindah dengan rumah besar dimana ia telah bekerja. Jadi si pemahat batu itu berhenti memahat batu dan mulai menikmati hidup dalam kekayaan.
Suatu hari, ketika siang hari yang panas dan lembab, ia melihat keluar jendela dan melihat sang raja lewat dengan serombongan orang-orang bangsawan dan para budak-budak. Ia berpikir, “ Saya sangat berharap bahwa saya sendiri adalah raja, duduk didalam kereta kuda kerajaan yang dingin!” keinginannya segera terkabul dan dia menemukan diri dia sendiri berbaring di dalam kenyamanan kereta kuda kerajaan. Tetapi kereta kuda tersebut menjadi lebih hangat dari yang ia bayangkan. Ia melihat keluar dari jendela kereta kuda tersebut dan mulai mengagumi kekuatan matahari, yang panasnya bisa menembus bahkan dinding kereta kuda yang tebal. “ saya berharap saya adalah matahari,” dia berkata kepada dirinya sendiri. Sekali lagi keinginan dia terkabul dan menemukan diri dia sendiri mengirimkan gelombang panas ke alam semesta.
Semua berjalan baik untuk sesaat. Lalu saat hari hujan , dia berusaha untuk menembus melewati sebuah tumpukan tebal dari awan dan tidak bisa. Jadi dia mendapatkan dirinya sendiri berubah menjadi sebuah awan dan merasa bangga akan kekuatannya untuk menjaga matahari tetap jauh – sampai dia berubah menjadi hujan dan menemukan sebagai gangguan bagi dirinya sebuah batu yang kuat menghalangi jalurnya, jadi dia harus mengalir mengelilingi batu itu.
“Apa?” serunya. “ hanya sebuah batu namun lebih kuat daripada saya? Baiklah, maka, saya berharap menjadi sebuah batu.” Jadi disana dia berdiri tinggi disebelah lereng gunung. Dia baru saja gembira dengan bentuknya yang bagus, bagaimanapun, ketika dia mendengar suara potongan-potongan yang aneh yang berasal dari kakinya. Dia melihat kebawah, dan dengan cemas, menemukan seorang manusia kecil sedang sibuk memahat bongkahan batu dari kakinya.
“Apa?” dia berteriak. “seorang makhluk yang lemah seperti itu lebih kuat dari pada sebuah batu yang mengagumkan seperti saya? Saya mau menjadi manusia!” jadi dia menemukan kembali dirinya sendiri sekali lagi sebagai seorang pemahat batu, mendaki keatas gunung untuk memahat batu, memperoleh pendapatannya dari keringat dan kerja kerasnya – tapi dengan sebuah lagu di dalam hatinya, karena dia puas menjadi dirinya sekarang dan hidup dengan apa yang dia miliki.

Anthony de Mello

No comments:

Post a Comment