Monday, November 23, 2015

TERSENYUM DENGAN HATI

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama 'Smiling.' Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Monday, November 16, 2015

SALAM MARIA ADALAH DOA YANG HEBAT

Anak laki-laki, protestan, berusia 6 tahun, sering mendengar temannya yang katolik mendoakan Salam Maria. Ia menyukainya sehingga ia menirunya, mengingatnya dan mendoakannya setiap hari. ‘Lihat ibu, ini doa yang indah’, ia berkata kepada ibunya suatu hari. ‘Jangan pernah mengucapkannya’, jawab ibunya. ‘Salam Maria adalah doa tahayul orang katolik yang menyembah berhala dan berpikir bahwa Maria adalah Dewi’. Bagaimanapun, ia adalah wanita seperti yang lain. Ambillah Kitab Suci ini dan bacalah. Kitab Suci mengandung segalanya tentang apa yang harus kita lakukan.

Friday, November 6, 2015

DOA MOHON TUJUH KARUNIA ROH KUDUS



Datanglah, ya Roh Hikmat, turunlah atas diri kami, ajarlah kami menjadi orang bijak, terutama agar kami dapat menghargai, mencintai, dan mengutamakan cita-cita surgawi dan semoga kami Kau lepaskan dari belenggu dosa dunia ini.


Datanglah, ya Roh Pengertian, turunlah atas diri kami.  Terangilah budi kami, agar dapat memahami ajaran Yesus, Sang Putera, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.
Datanglah, ya Roh Nasihat, dampingilah kami dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak ini.  Semoga kami melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat.

NOVEMBER BULAN BAGI JIWA-JIWA DI API PENYUCIAN

Bulan November didedikasikan sebagai bulan Jiwa-jiwa di Api penyucian (purgatorium). Gereja memperingati semua jiwa-jiwa umat beriman yang telah meninggalkan dunia ini, tetapi belum memperoleh kebahagiaan surgawi. St. Paulus memperingatkan kita agar kita tidak mengacuhkan orang yang sudah meninggal, maupun yang menderita,”seperti mereka yang tidak mempunyai harapan…Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga…dan mereka yang meninggal dalam nama Kristus akan dibangkitkan” (1 Tesalonika 4:13,16).
Gereja selalu mengajarkan kepada kita untuk berdoa kepada mereka yang telah pergi ke tempat keabadian. Bahkan didalam Perjanjian Lama doa dan derma dipersembahkan bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal. Kita tahu bahwa jiwa yang tidak murni tidak dapat masuk kedalam surga. “Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga.” (Katekismus Gereja Katolik no 1030)

KITAB SUCI, TRADISI DAN MAGISTERIUM

Kitab Suci dan Tradisi
Protestan mengklaim bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya aturan iman, artinya bahwa kitab suci mengandung semua materi yang diperlukan untuk teologi dan materi ini cukup jelas sehingga seseorang tidak memerlukan tradisi apostolik atau Magisterium Gereja (otoritas mengajar) untuk membantu memahaminya. Dalam pandangan protestan, keseluruhan kebenaran Kristen ditemukan dalam halaman Kitab Suci. Segala sesuatu yang bersifat tambahan bagi Kitab Suci adalah non-otoritatif, tidak perlu, atau salah – dan mungkin menghalangi seseorang datang kepada Allah.

Wednesday, November 4, 2015

ST. CAROLUS BORROMEUS: SANG PEMBAHARU SEJATI



Dalam setiap periode sejarah Gereja, kita dapat melihat adanya sebuah perkembangan sejati dalam kehidupan iman, ketika umat beriman menjalani hidup dalam iman, membaktikan diri dalam doa dan silih, serta berbuat kasih kepada sesama; sekaligus pula kita dapat menemukan adanya penghancuran, perpecahan, dan kekacauan pada masing-masing era.
St. Carolus Borromeus hidup di jaman ketika para uskup dan imam memiliki kelekatan terhadap harta benda duniawi, yang mana hal tersebut malah memberikan teladan yang buruk dan menodai kekudusan panggilan mereka. Tidak hanya itu, hawa nafsu yang mestinya dikendalikan oleh akal budi dalam terang iman Gereja, menjadi semakin liar dan tak terkendali, baik itu di kalangan klerus ataupun umat beriman. Ketidaktahuan dan kesesatan pun menjadi racun bagi pikiran umat Kristen, sehingga tidak jarang mereka semakin menjauh dari Allah dan membahayakan keselamatan mereka sendiri. Tentu semua kekacauan ini tidak dapat kita lepaskan dari pengaruh jahat reformasi Protestanisme yang mengacaukan dan merusak sebagian besar kehidupan Gereja.