Friday, November 6, 2015

NOVEMBER BULAN BAGI JIWA-JIWA DI API PENYUCIAN

Bulan November didedikasikan sebagai bulan Jiwa-jiwa di Api penyucian (purgatorium). Gereja memperingati semua jiwa-jiwa umat beriman yang telah meninggalkan dunia ini, tetapi belum memperoleh kebahagiaan surgawi. St. Paulus memperingatkan kita agar kita tidak mengacuhkan orang yang sudah meninggal, maupun yang menderita,”seperti mereka yang tidak mempunyai harapan…Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga…dan mereka yang meninggal dalam nama Kristus akan dibangkitkan” (1 Tesalonika 4:13,16).
Gereja selalu mengajarkan kepada kita untuk berdoa kepada mereka yang telah pergi ke tempat keabadian. Bahkan didalam Perjanjian Lama doa dan derma dipersembahkan bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal. Kita tahu bahwa jiwa yang tidak murni tidak dapat masuk kedalam surga. “Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga.” (Katekismus Gereja Katolik no 1030)

Berapa Lama di Api Penyucian
Api penyucian tidaklah kekal. Lamanya tergantung dari hukuman yang dijatuhkan pada setiap penghakiman khusus. Bisa saja waktunya berabad-abad tergantung kasusnya, pada akhir dunia, dimana waktu juga akan berakhir, api penyucian akan ditutup selama-lamanya. Allah tahu bagaimana merekonsiliasikan keadilanNya dan kebaikanNya didalam pemurnian anggota terakhir umat manusia. Pada penghakiman umum, setiap vonis hukuman, apakah itu surga atau neraka, akan mutlak, dan akan dilaksanakan secepatnya dan selengkapnya.
Mempersembahkan Doa dan Kurban
Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi. untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati. (Katekismus Gereja Katolik no 1032)
Indulgensi
Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan bagi orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3).”(Katekismus Gereja Katolik no 1471)
Gereja mampu memberikan ini atas kuasa untuk “mengikat dan melepaskan” , apa yang diikat di bumi akan diikat di surga dan apa yang dilepaskan di bumi akan dilepas di surga (Mat 16 : 19)
Indulgensi sebagian bisa didapatkan dengan mengunjungi makam dan berdoa buat yang telah meninggal. Indulgensi sebagian dapat diterima setiap hari diantara tanggal 1-8 November. Indulgensi ini berlaku hanya bagi jiwa-jiwa di Api penyucian.
Indulgensi penuh, sekali lagi hanya berlaku untuk jiwa-jiwa di api penyucian, diberikan jika seorang umat beriman secara saleh mengunjungi gereja pada tanggal 2 November. Dalam mengunjungi gereja, diharuskan untuk mengucapkan doa Bapa Kami dan Aku Percaya.
Indulgensi sebagian, berlaku bagi jiwa-jiwa di api penyucian, dapat diperoleh ketika doa Requiem aeternam (Istirahat Kekal) di doakan. Doa ini adalah doa yang bagus sekali untuk didoakan selama bulan November:
Berilah mereka istirahat kekal dan sinarilah mereka dengan cahaya abadi. Semoga semua orang yang sudah meninggal beristirahat dalam damai. Amin
Dasar Biblis dan Bapa Gereja : Mendoakan orang yang telah meninggal
2 Timotius 1 : 16-18
Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.
Santo Paulus berdoa untuk Onesiforus, kawannya yang telah meninggal dunia, yang hanya bermakna jika ia ditolong dengan doa.
1Kor 15:29
Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?
Dalam argumennya tentang kebangkitan badan, Santo Paulus menyebut (tanpa niat mengutuk atau menyetujui) praktik orang-orang yang mau dibaptis demi orang-orang yang telah meninggal, yang tidak bisa dibantu jika tidak ada “kondisi antara” untuk pemurnian.
Singkatnya, jika orang-orang Yahudi, Santo Paulus, dan orang-orang kristen perdana mendoakan orang mati, kita tidak perlu takut untuk juga mendoakan mereka yang telah mendahului kita. Mendoakan orang mati mengandaikan adanya kondisi antara, yakni kondisi pemurnian, apa pun namanya. Umat Katolik menyebutnya api penyucian.
Wahyu 21:27
Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya (surga) sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.
Yang tidak bersih tidak akan masuk kedalam surga. Bahkan kecenderungan untuk berbuat dosa juga termasuk tidak bersih. Betapa anehnya mengapa begitu banyak orang Protestan tidak percaya kepada Api penyucian. Karena Api penyucian ada atas kerahiman Allah. Jika tidak ada Api penyucian, ini juga berarti tidak ada keselamatan bagi setiap orang. Betapa Allah sangat berbelas kasih kepada kita.
St. Ambrosius dari Milano (333-397)
“Jika doaku terkabulkan, kalian berdua, Gratius dan Valentinianus (dua kaisar yang wafat waktu itu akan bahagia. Bagi kalian tidak ada hari yang terlupakan. Tak ada doa yang lupa kupanjatkan bagi kehormatan kalian. Tidak akan ada malam yang kulewatkan tanpa memanjatkan doa bagi kalian. Pada setiap pengurbanan, aku akan ingat pada kalian.” (De obitu Valent. N.78. ML 16, 1381)
St. Agustinus dari Hippo (354-430)
“Doa Gereja sendiri atau doa masing-masing umat beriman bagi beberapa saudara yang sudah meninggal dunia, dikabulkan. Itulah doa untuk mereka yang dilahirkan kembali dalam Kristus, padahal hidupnya di dunia tidak begitu jelek, sehingga dianggap tidak pantas menerima belaskasihan, namun juga tidak begitu bagus, sehingga mereka dianggap tidak memerlukan belas kasihan itu.” (De. Civ. Dei. 21, 24, 2. ML 41, 739)
Pesan St. Monika kepada St. Agustinus sebagaimana ia catat di buku Pengakuan (Confessiones)
“Kuburkan badanku ini dimana kau kehendaki; janganlah merepotkan kamu. Hanya inilah yang kuminta, agar kamu, dimana kau berada mendoakan aku di Altar Tuhan” (Conf. I. 9. c. II, 27. ML 32, 775)
St. Gregorius Agung
“Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak’ (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain.” (dial. 4,39)
St. Yohanes Krisostomus
“Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka.” (hom. in 1 Cor 41,5)
sumber: catholicculture.org

No comments:

Post a Comment