Friday, August 9, 2013

SENIMAN


Suatu hari yang cerah, dua lembar kertas sedang mandi sinar matahari di tengah kehangatan, menikmati kesenangan musim panas. Salah satu kertas dipanggil Salju Putih. Dia putih murni, dan sangat bangga akan kemurniannya yang asli. “Lihatlah aku “, Dia berkata kepada temannya “Apakah kau pernah melihat kertas putih yang sangat indah seperti ini?“ Temannya dipanggil Murni Bagaikan Fajar. Dia juga sangat putih dan secara ajaib bebas dari noda sekecil apa pun. Dua lembar kertas itu lebih bersinar satu sama lainnya di tengah sinar matahari.
Dalam beberapa jarak, sebuah sosok muncul di atas cakrawala. Dia menarik perhatian mereka. Saat mereka lihat, dia menghampiri semakin dekat.

“Siapakah dia? “ tanya Salju Putih.
“Apa yg dia bawa di dalam tangannya? “ tanya Murni Bagaikan Fajar.

Sosok itu datang mendekat dan mendekat sampai dia hanya beberapa meter dari dua teman kertas itu.
Dalam tangannya, dia membawa sebuah palet dan kuas. Dalam matanya, ada sebuah sinar seperti mimpi yang penasaran. Sebuah sinar cinta, tetapi lembut. Dan di dalam hatinya, dia membawa sebuah mimpi.

“Kira-kira apa yang dia mau? “ Salju Putih bertanya pada Murni Bagaikan Fajar.      “Kamu tidak berpikir dia akan melukis kita, kan? “
Murni Bagaikan Fajar tersentak, saat kata-kata itu terserap. “Aku pikir, itu adalah tepat apa yang akan dia lakukan,“ dia berkata.

“Tidak akan ada cara bahwa aku akan mengijinkan dia untuk melukis di atasku,“ cerca Salju Putih. “Tidak ada pelukis yang akan merampas kemurnianku. “
“Tetapi bagaimana jika dia adalah pelukis yang ahli? “ balas Murni Bagaikan Fajar.     “Dia mungkin menciptakan sebuah karya besar di atas kekosongan kita yang putih dan murni. Dia akan membuat kita menjadi karya besar.”

“Tetapi kemudian, “ kata Salju Putih, “Dia akan membuat kita menjadi kotor. Tidak, aku tidak akan ambil resiko seperti itu. Aku akan bertahan murni sampai di hari aku mati.“
Dan akhirnya datanglah sang pelukis menghampiri dua lembar kertas itu dan meminta ijin pada mereka untuk melukis impiannya di atas keputihan murni mereka.

Salju Putih berkata, “Tidak!“ Dan dia tetap putih murni, dan kosong, sampai di hari angin dan cuaca akhirnya mengubah dia kembali menjadi bubur kertas.
Murni Bagaikan Fajar berkata, “Lakukan seperti yang kau mau denganku. Aku akan percaya padamu. Aku akan menyerahkan diriku kepada pekerjaan tanganmu.“ Dan pelukis itu mengubahnya menjadi sebuah karya besar – sebuah wakil yang unik dan indah dari mimpi itu yang dia bawa di dalam hatinya, jadi dalam tahun-tahun belakang ini, banyak orang akan melihat ke dalam lukisan seorang pelukis, dan di dalam keindahan dan kedalamannya, mereka akan menemukan kembali mimpi-mimpi mereka yang hilang.

No comments:

Post a Comment