Saturday, December 29, 2012

HORE YANG HEBAT



Anak-anak kelas 1 dan 2 sedang berkumpul di ruang pertemuan,menunggu kelasnya dimulai. Penyair yang berkunjung itu bersama dengan mereka pagi ini, dan mereka semua ingin sekali bersenang-senang. Mereka selalu menikmati kunjungan penyair itu. Tapi saat ini kelas 3 belum datang. Dan anak-anak sudah mulai terlihat tidak sabar.
Penyair itu melihat ke wajah mereka yang memancarkan keinginan mereka yang besar. Sesuatu keturunan yang kurang alami, sepertinya mereka terlihat hampir menahan nafas untuk antisipasi.
“Kalian sangat diam hari ini” dia tersenyum pada mereka. ”Mari kita lihat apakah kalian bisa membuat suasana jadi ramai! Ayo semua teriak  ‘Hore !’.
Maka sebuah teriakan terdengar ’Hore !’

“Itu indah sekali” dia berkata. ”Nah sekarang, ketika kelas 3 sampai, ayo kita bermain bersama mereka. Sekarang semua diam seperti tikus. Dan ketika mereka sampai, kita semua akan berteriak ‘Hore !’ dengan suara yang besar untuk menyambut mereka. Kita akan lihat apakah kita bisa mengangkat atap ! Setuju?”.
Anak-anak terkejut dengan ide itu. Mereka menjadi diam lagi, bahkan kamu bisa mendengar sebuah pin jatuh. Akhirnya kelas 3 telah sampai di ruang pertemuan. Mereka menyesal karena mereka terlambat. Mereka duduk secepatnya. Dan kemudian signal dari si penyair..........
‘Hore !’
Hore yang hebat itu terus bergaung di ruangan itu, berlanjut ke sekolah, dan terus ke desa. Dan oh ! Menakjubkan ! Atap itu terbang !
Terbang hilang, meninggalkan langit biru yang terbuka di atas kepala anak-anak itu. Terbang hilang melewati taman-taman dan rumah-rumah, jalan-jalan dan pepohonan. Dan slama suara itu pergi, suara itu tertinggal di seluruh kota. Ketika ibu sedang membersihkan tiba-tiba menemukan sebuah ‘hore’ di dapur. Anjing di pojok yang tadi tertidur dengan cepat terbangun oleh suara yang ceria itu yang sedang berusaha turun dari langit, seperti atap yang terbang tadi.
Di semua lubang kunci, jendela dan pintu yang terbuka ‘hore’ itu menelusuri setiap sisi rumah. Bisikan dan gema dari kesenangan meliputi semua masyarakat dengan misteri pagi. Hati menggelepar dan terangkat oleh suara yang menyenangkan itu.
Dan atap itu terbang dan terbang terus, membawa gema kebahagiaan terus melewati dunia,dan membongkar tiang-tiang rumah di ladang semuanya menjadi gema. Setelah itu malamnya hujan datang dan setiap jatuhnya hujan mengangkat suara tentang hore yang hebat. Keesokan paginya kabut yang menyelimuti bukit dan lembah diliputi juga dengan teriakan kebahagiaan yang sama. Suara itu mengalir jauh sampai ke sungai dan kali. Suara itu menjalar naik ke tangkai-tangkai bunga dan juga bersarang di bulu-bulu setiap burung.
Hore,Hore,Hore.
Selama minggu-minggu ini, si jantan mengibarkan bagian yang jauh bertentangan dari tepi laut, dan kerang yang bergelombang,jika kamu mendengarkan dari dekat, akan terdengar lagi hore yang pertama.
Setahun kemudian, si penyair tersenyum,seperti gema hore yang pertama dengan keras menyentuh wajahnya lagi bagai angin yang berlalu.Dia tahu bagaimana penyair yang lain.Penyair pertama hore yang hebat ini terandam ke dalam semuanya. Dia tahu bahwa puisinya yang bagus dari kreasinya mempunyai gema yang kecil, dan dia tertawa keras atas misteri itu semua. Dan gelembung ketawanya keluar dan hilang, selamanya menjadi gelembung terus melewati dunia.
      
                                             Diceritakan lagi dari “Hore”
Oleh Ted Walter

No comments:

Post a Comment