Anak-anak kelas
1 dan 2 sedang berkumpul di ruang pertemuan,menunggu kelasnya dimulai. Penyair
yang berkunjung itu bersama dengan mereka pagi ini, dan mereka semua ingin
sekali bersenang-senang. Mereka selalu menikmati kunjungan penyair itu. Tapi
saat ini kelas 3 belum datang. Dan anak-anak sudah mulai terlihat tidak sabar.
Penyair itu
melihat ke wajah mereka yang memancarkan keinginan mereka yang besar. Sesuatu
keturunan yang kurang alami, sepertinya mereka terlihat hampir menahan nafas
untuk antisipasi.
“Kalian sangat
diam hari ini” dia tersenyum pada mereka. ”Mari kita lihat apakah kalian bisa
membuat suasana jadi ramai! Ayo semua teriak ‘Hore !’.
“Itu indah
sekali” dia berkata. ”Nah sekarang, ketika kelas 3 sampai, ayo kita bermain
bersama mereka. Sekarang semua diam seperti tikus. Dan ketika mereka sampai, kita
semua akan berteriak ‘Hore !’ dengan suara yang besar untuk menyambut mereka. Kita
akan lihat apakah kita bisa mengangkat atap ! Setuju?”.
Anak-anak
terkejut dengan ide itu. Mereka menjadi diam lagi, bahkan kamu bisa mendengar
sebuah pin jatuh. Akhirnya kelas 3 telah sampai di ruang pertemuan. Mereka
menyesal karena mereka terlambat. Mereka duduk secepatnya. Dan kemudian signal
dari si penyair..........
‘Hore !’
Hore yang hebat
itu terus bergaung di ruangan itu, berlanjut ke sekolah, dan terus ke desa. Dan
oh ! Menakjubkan ! Atap itu terbang !
Terbang hilang,
meninggalkan langit biru yang terbuka di atas kepala anak-anak itu. Terbang
hilang melewati taman-taman dan rumah-rumah, jalan-jalan dan pepohonan. Dan
slama suara itu pergi, suara itu tertinggal di seluruh kota. Ketika ibu sedang
membersihkan tiba-tiba menemukan sebuah ‘hore’ di dapur. Anjing di pojok yang
tadi tertidur dengan cepat terbangun oleh suara yang ceria itu yang sedang
berusaha turun dari langit, seperti atap yang terbang tadi.
Di semua lubang
kunci, jendela dan pintu yang terbuka ‘hore’ itu menelusuri setiap sisi rumah. Bisikan
dan gema dari kesenangan meliputi semua masyarakat dengan misteri pagi. Hati
menggelepar dan terangkat oleh suara yang menyenangkan itu.
Dan atap itu
terbang dan terbang terus, membawa gema kebahagiaan terus melewati dunia,dan
membongkar tiang-tiang rumah di ladang semuanya menjadi gema. Setelah itu
malamnya hujan datang dan setiap jatuhnya hujan mengangkat suara tentang hore
yang hebat. Keesokan paginya kabut yang menyelimuti bukit dan lembah diliputi
juga dengan teriakan kebahagiaan yang sama. Suara itu mengalir jauh sampai ke
sungai dan kali. Suara itu menjalar naik ke tangkai-tangkai bunga dan juga
bersarang di bulu-bulu setiap burung.
Hore,Hore,Hore.
Selama
minggu-minggu ini, si jantan mengibarkan bagian yang jauh bertentangan dari
tepi laut, dan kerang yang bergelombang,jika kamu mendengarkan dari dekat, akan
terdengar lagi hore yang pertama.
Setahun
kemudian, si penyair tersenyum,seperti gema hore yang pertama dengan keras
menyentuh wajahnya lagi bagai angin yang berlalu.Dia tahu bagaimana penyair
yang lain.Penyair pertama hore yang hebat ini terandam ke dalam semuanya. Dia
tahu bahwa puisinya yang bagus dari kreasinya mempunyai gema yang kecil, dan
dia tertawa keras atas misteri itu semua. Dan gelembung ketawanya keluar dan
hilang, selamanya menjadi gelembung terus melewati dunia.
Diceritakan
lagi dari “Hore”
Oleh Ted Walter
No comments:
Post a Comment